Senin, 19 Mei 2008

Pilih "Kolam Besar" atau "Kolam Kecil"?

Ada yang bilang, perusahaan bisa diibaratkan sebagai kolam dan karyawan adalah ikannya. Asumsinya, makin besar ikan makin besar wewenang dan kekuasaannya. Dalam meniti karir, kita bisa memilih, mau jadi ikan besar di kolam kecil atau jadi ikan kecil di kolam besar. Atau mungkin jadi ikan besar di kolam besar dan kemungkinan- kemungkinan lainnya.

Yang pasti setiap pilihan memiliki tuntutan dan konsekuensinya masing-masing. Sebelum Kita menentukan pilihan, mungkin telaah berikut ini bisa dijadikan pertimbangan:

Nama Ikut Terangkat
Bila Kita bekerja di perusahaan besar yang sudah sangat mapan, maka berita baiknya di mata “pasar” gengsi dan nilai Kita juga ikut terangkat. Kita bisa memperkenalkan jabatan Kita dengan percaya diri. Begitu juga dalam melakukan negosiasi dengan pihak luar (pemasok, mitra dll) bargaining power Kita juga otomatis lebih tinggi dibandingkan bila Kita bekerja di perusahaan kecil.

Kita juga bisa berharap, mungkin suatu hari nanti Kita akan dibajak oleh perusahaan lain, atau paling tidak, Kita tidak akan terlalu sulit mencari pekerjaan di tempat lain setelah keluar dari perusahaan tersebut. Sayangnya, nama ini kadang tidak sejalan dengan gaji Kita. Bisa jadi setelah Kita tengok kanan-kiri, Kita yang telah bekerja sekian tahun di perusahaan besar ternyata mendapat gaji jauh lebih kecil daripada teman Kita yang bekerja di perusahaan kecil dengan jabatan serupa. Bila ini menjadi masalah, boleh saja Kita menjajaki peluang menjadi ikan besar di kolam kecil. Cari saat yang tepat dan perusahaan yang tepat, coba melamar untuk posisi yang lebih tinggi dengan meminta gaji lebih tinggi.


Sistem dan Prosedur
Perusahaan-perusaha an besar yang mapan biasanya telah menerapkan sistem dan prosedur (sisdur) yang baku dan teruji. Yang positif dari hal ini adalah bahwa hak, kewajiban dan tugas-tugas masing-masing karyawan sudah jelas. Kita tinggal menjalani saja dan tidak dituntut untuk menciptakan sisdur baru yang perlu trial dan error lagi. Demikian pula paket kompensasi (gaji, tunjangan dan jaminan lainnya) biasanya sudah terstruktur dengan baik dan dibuat mengikuti ketetapan pemerintah. Bila ini adalah tempat bekerja Kita yang pertama, maka Kita bisa belajar mengenali sisdur di berbagai departemen secara garis besarnya.

Negatifnya, dalam hal ini kerapkali sulit untuk mempelopori suatu perubahan. Bila Kita adalah seorang yang sangat kreatif dan berani mengambil terobosan-terobosan baru, rasanya Kita tidak akan terlalu diakomodir di perusahaan semacam ini, kecuali Kita berada di posisi puncak.

Spesialisasi, Mutasi dan Promosi
Di perusahaan besar dengan jumlah karyawan yang mencapai ratusan atau mungkin ribuan, masing-masing karyawan biasanya lebih diarahkan untuk menjadi spesialis sebagai lawan dari menjadi “si serabutan” bila Kita bekerja di perusahaan kecil. Di perusahaan besar, Kita bisa menjadi sangat trampil di satu bidang tertentu setelah bekerja beberapa tahun. Sementara di perusahaan kecil, kadang Kita dituntut untuk menangani beberapa jenis pekerjaan sehingga Kita bisa trampil dalam beberapa bidang sekaligus, bila Kita memang mau belajar banyak hal.

Di perusahaan kecil, persaingan untuk mendapatkan promosi atau naik jabatan, relatif lebih mudah. Si good performer akan mudah terlihat, sehingga jalan untuk dipromosikan lebih lapang. Di perusahaan besar, lebih berat karena jumlah pesaing lebih banyak dan kadang juga sulit bagi Kita untuk bisa terlihat. Bisa jadi Kita sudah menelurkan banyak prestasi, tetapi tetap tidak terlihat oleh atasan-atasan Kita. Persaingan ketat biasanya berarti kecenderungan untuk terjadinya permainan politik di kantor juga meningkat, sehingga mungkin Kita sulit naik jabatan karena memang ada pihak-pihak tertentu yang tidak menginginkan Kita mendapatkan promosi. Banyak yang bilang, untuk menjadi ikan besar di kolam besar, kompetensi saja mungkin tidak cukup, tetapi dibutuhkan juga suatu kematangan berpolitik.

Di perusahaan besar, terbuka peluang untuk mutasi ke bagian lain, baik yang diinginkan atau tidak. Bila Kita tidak perform di suatu departemen, entah karena salah penempatan atau lainnya, Kita mungkin akan dipindahkan ke departemen lain yang lebih sesuai dengan kompetensi Kita. Atau bila karir Kita sudah mentok di departemen terentu karena bos Kita juga tidak bergeming di posisinya, padahal prestasi Kita diakui, maka mungkin masih terbuka peluang bagi Kita untuk dimutasi sekaligus promosi ke jenjang lebih tinggi di departemen lain. Sedangkan di perusahaan kecil, karena organisasinya memang sederhana, Kita tidak punya banyak pilihan.

Last but not least, dalam kolam kecil ada tantangan untuk mengubah kolam kecil menjadi kolam besar! Kolam besar ya memang kolamnya sudah besar! Jadi, pilihan mana yang lebih baik? Kolam besar atau kolam kecil? Cuma Kita sendiri yang bisa memutuskan berdasarkan analisis terhadap kondisi dan segala atribut yang Kita miliki saat ini...


Adit N

Minggu, 18 Mei 2008

Cinta, Aku, dan Eksistensi

Jika cinta itu ada, aku ada
Jika cinta itu tiada, aku tetap ada
Jika aku ada, cinta itu ada

Aku adalah cinta, cinta aku
Cinta adalah aku, aku cinta
Jika aku tiada, tiada cinta

Siapa cinta aku?
Aku cinta siapa?

Senin, 05 Mei 2008

Manusia dan Kebebasan

A man can be free without being great, but no man can be great without being free.

(Kahlil Gibran)

Kemuliaan Manusia di antara mahluk Tuhan lainnya terletak pada kebebasan dalam bertindak. Jika malaikat terus beribadah tanpa pernah sela, itu bukan karena malaikat tidak mau untuk tidak beribadah melainkan dia tidak mempunyai kemauan selain kemauan untuk beribadah. Begitu juga setan, tidak dapat melangkah ke dalam dunia baik karena dinding takdir yang telah ditetapkan Allah atasnya buah kesombongan kepada diri sendiri.

Manusia dengan anugerah kebebasan yang diberikan mampu naik ke tangga malaikat merebut singgasana kemulian malaikat. Namun sebaliknya, manusia juga dapat menjadi setannya setan di kerajaan setan.

Kebebasan yang digunakan manusia mempunyai konsekuensi balasan baik dan buruk bagi dirinya. Jika kebebasan itu masih harus mendapatkan ganjaran, apakah hal seperti itu masih disebut sebagai kebebasan?

Kebebasan bukan merupakan kondisi merdeka/bebas dari setiap aturan atau konsekuensi dalam pengertian ‘hurriyah’. Namun, kebebasan manusia terletak pada usaha/effort dalam hidup yang dilakukannya dalam pengertian ‘ikhtiyar’, sebuah tindakan.

Kebebasan manusia dalam pengertian ikhtiyar terikat pada makna ikhtiyar itu sendiri, yakni ‘baik’, dari akar kata yang sama dengan khayara (khayara). Maka dari itu, pilihan-pilihan yang ada dalam kebebasan adalah pilihan-pilihan yang baik. Manusia dihadapkan pada usaha untuk memilih pilihan yang terbaik bagi dirinya.

Pilihan antara yang baik dan yang buruk tidak dapat dikatakan sebagai sebuah ikhtiyar, pilihan tersebut adalah sebuah kezaliman. Menzalimi diri sendiri bukanlah benar-benar keinginan/fitrah manusia. Manusia secara alami (the nature of man) berusaha untuk mendapatkan manfaat balik untuk dirinya. Hanya manusia pekak yang akan memilih untuk menzalimi dirinya sendiri.

Zalim (zulm) merupakan tindakan yang tidak meletakkan sesuatu pada tempatnya. Mengambil yang buruk dan meninggalkan yang baik merupakan tindakan yang tidak mengindahkan bagaimana meletakkan sesuatu pada tempatnya. Tempatnya buruk adalah ditinggalkan dan tempatnya yang baik adalah dipegang.

Zalim adalah lawan sifat dari adil, maka tindakan dalam makna kebebasan juga berarti tindakan dalam rangka adil untuk dirinya sendiri. Dan setiap kebaikan yang dilakukan merupakan bagian dari agama (all virtues are religious). Maka kebebasan juga merupakan sebuah tindakan yang bersifat keagamaan.

Wallahua’lam

Reza Baizuri

Telaah buku, Prolegomena to The Metaphysics in Islam, Syed M. Naquib Al-Attas, KL: ISTAC, 2001.

Artikel menarik terkait: kebebasan