Minggu, 01 Juni 2008

Pendidikan Entrepreneurship untuk Generasi Muda

Pendidikan Entrepreneurship untuk Generasi Muda
Kontribusi dari Administrator
Jumat, 12 Januari 2007

Pendidikan Entrepreneurship untuk Generasi Muda: Pengalaman di Luar Negeri. Oleh Antonius Tanan Pendidikan entrepreneurship bukan sekadar sebuah tren, tetapi ini adalah sebuah kebutuhan dan keharusan bagi masyarakat yang ingin maju. Tidak heran bila program pendidikan entrepreneurship sudah marak dipromosikan dan dilakukan di negaranegara maju. Apa yang telah terjadi di luar negeri dapat menjadi contoh untuk kita semua. Pendididikan Entrepreneurship untuk Pelajar Sebuah LSM di Amerika Serikat yaitu NFTE (Network for Teaching Entrepreneurship) sejak tahun 1987 menolong masyarakat kelompok usia muda dari golongan ekonomi lemah dengan cara membangkitkan kreativitas entrepreneurship dalam diri mereka. Sampai dengan saat ini mereka telah melatih lebih dari 120.000 generasi muda dan memberikan lebih dari 3.700 sertifikat pengajar Entrepreneurship.
NFTE memiliki keyakinan bahwa Entrepreneurship bisa dajarkan dan melalui pendidikan entrepreneurship generasi muda dari golongan ekonomi lemah dapat ditingkatkan produktivitas ekonomi mereka dengan cara meningkatkan keterampilan bisnis, akademis dan keterampilan hidup (life skill) mereka. Untuk mencapai tujuannya NFTE antara lain melakukan penciptaan kurikulum pembelajaran entrepreneurship yang inovatif & praktis melalui pendekatan praktek (experiental) untuk kelompok usia muda dan juga para pengajarnya, melakukan kerja sama dengan perguruan tinggi, sekolah-sekolah dan organisasi kemasyarakatan. Hasil yang Telah Dicapai Sejak tahun 2002, Harvard Graduate School of Education melakukan evaluasi hasil akhir yang berhasil dicapai oleh NFTE dengan melakukan pelatihan entrepreneurship di kalangan masyarakat kurang mampu dan berikut ini adalah laporan mereka. Fokus Riset: Akademik/Karir • Minat untuk masuk perguruan tinggi meningkat 32% & bull; Aspirasi bekerja meningkat 44% • Inisiatif membaca mandiri meningkat 4% • Perilaku kepemimpinan sebagai inisiator/ pendiri bisnis meningkat 8,5% • kepemimpinan sebagai seorang pemimpin meningkat 13,2 % •
Keyakinan mampu mencapai sasaran meningkat Keberhasilan NFTE ternyata mendapat pengakuan masyarakat karena pada tahun 2004 Steve Mariotti menjadi finalis dari Entrepreneur of The Year USA dan akhirnya ia mendapat penghargaan khusus dalam malam final Entrepreneur of 2The Year 2004 di Amerika Serikat. Pendidikan Entrepreneurship di Jenjang Perguruan Tinggi. Dalam sebuah laporan yang disampaikan pada acara EURAM atau European Academy of Management 2nd Annual Conference tanggal 9-11 Mei 2002 di Stockholm dalam sesi Innovative Research in Management, Christian Luthje Assistant Professor dari Technical University of Hamburg dan Nikolaus Franke, Professor dari Vienna University of Economics and Business Administration Institute of Entrepreneurship melaporkan bahwa pendidikan entrepreneurship di Amerika Serikat selama 40 tahun terakhir ini berkembang pesat sekali. Bila pada tahun 1960-an hanya tercatat 10 universitas yang melakukan Pendidikan Entrepreneurship namun pada tahun 1990-an sudah terdapat di 400 universitas dan pada tahun 2002 diperkirakan telah melampaui jumlah 700 universitas.
Pertumbuhan yang sama terjadi di negara-negara lain misalnya di Jerman. Pada tahun 1996 terdapat 106 Kursus Pelatihan Entrepreneurship dilakukan di 92 Universitas (Kofner, Merges & Schmidt 1999). Dalam laporan ini disampaikan berbagai temuan di berbagai tempat di dunia telah menunjukkan betapa pentingnya pendidikan entrepreneurship itu, antara lain ????? Sebuah survei di antara sekelompok mahasiswa yang mengikuti kursus introduksi entrepreneurship di sebuah Universitas di Amerika Serikat dengan ukuran sedang menemukan bahwa · 80 % dari mahasiswa mempertimbangkan untuk memulai bisnis sendiri ·3 dari 4 mahasiswa melaporkan bahwa mereka membuat rencana konkrit untuk memulai bisnis · 76% dari responden menyatakan bahwa kursus entrepreneurship memberikan dampak yang sangat besar dalam keputusan mereka untuk masuk dalam bisnis (Clark, Davis & Harnish 1984)
Pengamatan yang lain menunjukkan telah terjadi sebuah tingkat penciptaan bisnis yang tinggi di antara mahasiswa MBA yang mengikuti tiga atau lebih kursus Entrepreneurship di Universitas di Kanada (Mc Mullan, Long & Wilson 1985). Sedangkan sebuah studi di Inggris menyimpulkan bahwa pelatihan entrepreneurship telah mendorong dan mempercepat kegiatan kepada lebih dari separuh para pesertanya untuk membangun bisnis (Brown 1990) Sebuah pengamatan di kalangan mahasiswa Irlandia yang mengikuti student Entreprise Award telah menemukan bahwa kegiatan di atas memberikan dampak yang sangat penting dalam mereka mengambil keputusan karir (Fleming 1994). Studi yang dilakukan oleh Vesper & Mc. Mullan, 1997 menunjukkan bahwa pelatihan/ kursus entrepreneurship menolong para alumni perguruan tinggi untuk mampu membuat keputusan yang lebih baik dalam proses memulai bisnis.

http://www.ciputra.org Powered by Joomla! - @copyright Copyright (C) 2005 Open Source Matters. All rights reserved Generated: 6 December, 2007, 22:11

Senin, 19 Mei 2008

Pilih "Kolam Besar" atau "Kolam Kecil"?

Ada yang bilang, perusahaan bisa diibaratkan sebagai kolam dan karyawan adalah ikannya. Asumsinya, makin besar ikan makin besar wewenang dan kekuasaannya. Dalam meniti karir, kita bisa memilih, mau jadi ikan besar di kolam kecil atau jadi ikan kecil di kolam besar. Atau mungkin jadi ikan besar di kolam besar dan kemungkinan- kemungkinan lainnya.

Yang pasti setiap pilihan memiliki tuntutan dan konsekuensinya masing-masing. Sebelum Kita menentukan pilihan, mungkin telaah berikut ini bisa dijadikan pertimbangan:

Nama Ikut Terangkat
Bila Kita bekerja di perusahaan besar yang sudah sangat mapan, maka berita baiknya di mata “pasar” gengsi dan nilai Kita juga ikut terangkat. Kita bisa memperkenalkan jabatan Kita dengan percaya diri. Begitu juga dalam melakukan negosiasi dengan pihak luar (pemasok, mitra dll) bargaining power Kita juga otomatis lebih tinggi dibandingkan bila Kita bekerja di perusahaan kecil.

Kita juga bisa berharap, mungkin suatu hari nanti Kita akan dibajak oleh perusahaan lain, atau paling tidak, Kita tidak akan terlalu sulit mencari pekerjaan di tempat lain setelah keluar dari perusahaan tersebut. Sayangnya, nama ini kadang tidak sejalan dengan gaji Kita. Bisa jadi setelah Kita tengok kanan-kiri, Kita yang telah bekerja sekian tahun di perusahaan besar ternyata mendapat gaji jauh lebih kecil daripada teman Kita yang bekerja di perusahaan kecil dengan jabatan serupa. Bila ini menjadi masalah, boleh saja Kita menjajaki peluang menjadi ikan besar di kolam kecil. Cari saat yang tepat dan perusahaan yang tepat, coba melamar untuk posisi yang lebih tinggi dengan meminta gaji lebih tinggi.


Sistem dan Prosedur
Perusahaan-perusaha an besar yang mapan biasanya telah menerapkan sistem dan prosedur (sisdur) yang baku dan teruji. Yang positif dari hal ini adalah bahwa hak, kewajiban dan tugas-tugas masing-masing karyawan sudah jelas. Kita tinggal menjalani saja dan tidak dituntut untuk menciptakan sisdur baru yang perlu trial dan error lagi. Demikian pula paket kompensasi (gaji, tunjangan dan jaminan lainnya) biasanya sudah terstruktur dengan baik dan dibuat mengikuti ketetapan pemerintah. Bila ini adalah tempat bekerja Kita yang pertama, maka Kita bisa belajar mengenali sisdur di berbagai departemen secara garis besarnya.

Negatifnya, dalam hal ini kerapkali sulit untuk mempelopori suatu perubahan. Bila Kita adalah seorang yang sangat kreatif dan berani mengambil terobosan-terobosan baru, rasanya Kita tidak akan terlalu diakomodir di perusahaan semacam ini, kecuali Kita berada di posisi puncak.

Spesialisasi, Mutasi dan Promosi
Di perusahaan besar dengan jumlah karyawan yang mencapai ratusan atau mungkin ribuan, masing-masing karyawan biasanya lebih diarahkan untuk menjadi spesialis sebagai lawan dari menjadi “si serabutan” bila Kita bekerja di perusahaan kecil. Di perusahaan besar, Kita bisa menjadi sangat trampil di satu bidang tertentu setelah bekerja beberapa tahun. Sementara di perusahaan kecil, kadang Kita dituntut untuk menangani beberapa jenis pekerjaan sehingga Kita bisa trampil dalam beberapa bidang sekaligus, bila Kita memang mau belajar banyak hal.

Di perusahaan kecil, persaingan untuk mendapatkan promosi atau naik jabatan, relatif lebih mudah. Si good performer akan mudah terlihat, sehingga jalan untuk dipromosikan lebih lapang. Di perusahaan besar, lebih berat karena jumlah pesaing lebih banyak dan kadang juga sulit bagi Kita untuk bisa terlihat. Bisa jadi Kita sudah menelurkan banyak prestasi, tetapi tetap tidak terlihat oleh atasan-atasan Kita. Persaingan ketat biasanya berarti kecenderungan untuk terjadinya permainan politik di kantor juga meningkat, sehingga mungkin Kita sulit naik jabatan karena memang ada pihak-pihak tertentu yang tidak menginginkan Kita mendapatkan promosi. Banyak yang bilang, untuk menjadi ikan besar di kolam besar, kompetensi saja mungkin tidak cukup, tetapi dibutuhkan juga suatu kematangan berpolitik.

Di perusahaan besar, terbuka peluang untuk mutasi ke bagian lain, baik yang diinginkan atau tidak. Bila Kita tidak perform di suatu departemen, entah karena salah penempatan atau lainnya, Kita mungkin akan dipindahkan ke departemen lain yang lebih sesuai dengan kompetensi Kita. Atau bila karir Kita sudah mentok di departemen terentu karena bos Kita juga tidak bergeming di posisinya, padahal prestasi Kita diakui, maka mungkin masih terbuka peluang bagi Kita untuk dimutasi sekaligus promosi ke jenjang lebih tinggi di departemen lain. Sedangkan di perusahaan kecil, karena organisasinya memang sederhana, Kita tidak punya banyak pilihan.

Last but not least, dalam kolam kecil ada tantangan untuk mengubah kolam kecil menjadi kolam besar! Kolam besar ya memang kolamnya sudah besar! Jadi, pilihan mana yang lebih baik? Kolam besar atau kolam kecil? Cuma Kita sendiri yang bisa memutuskan berdasarkan analisis terhadap kondisi dan segala atribut yang Kita miliki saat ini...


Adit N

Minggu, 18 Mei 2008

Cinta, Aku, dan Eksistensi

Jika cinta itu ada, aku ada
Jika cinta itu tiada, aku tetap ada
Jika aku ada, cinta itu ada

Aku adalah cinta, cinta aku
Cinta adalah aku, aku cinta
Jika aku tiada, tiada cinta

Siapa cinta aku?
Aku cinta siapa?

Senin, 05 Mei 2008

Manusia dan Kebebasan

A man can be free without being great, but no man can be great without being free.

(Kahlil Gibran)

Kemuliaan Manusia di antara mahluk Tuhan lainnya terletak pada kebebasan dalam bertindak. Jika malaikat terus beribadah tanpa pernah sela, itu bukan karena malaikat tidak mau untuk tidak beribadah melainkan dia tidak mempunyai kemauan selain kemauan untuk beribadah. Begitu juga setan, tidak dapat melangkah ke dalam dunia baik karena dinding takdir yang telah ditetapkan Allah atasnya buah kesombongan kepada diri sendiri.

Manusia dengan anugerah kebebasan yang diberikan mampu naik ke tangga malaikat merebut singgasana kemulian malaikat. Namun sebaliknya, manusia juga dapat menjadi setannya setan di kerajaan setan.

Kebebasan yang digunakan manusia mempunyai konsekuensi balasan baik dan buruk bagi dirinya. Jika kebebasan itu masih harus mendapatkan ganjaran, apakah hal seperti itu masih disebut sebagai kebebasan?

Kebebasan bukan merupakan kondisi merdeka/bebas dari setiap aturan atau konsekuensi dalam pengertian ‘hurriyah’. Namun, kebebasan manusia terletak pada usaha/effort dalam hidup yang dilakukannya dalam pengertian ‘ikhtiyar’, sebuah tindakan.

Kebebasan manusia dalam pengertian ikhtiyar terikat pada makna ikhtiyar itu sendiri, yakni ‘baik’, dari akar kata yang sama dengan khayara (khayara). Maka dari itu, pilihan-pilihan yang ada dalam kebebasan adalah pilihan-pilihan yang baik. Manusia dihadapkan pada usaha untuk memilih pilihan yang terbaik bagi dirinya.

Pilihan antara yang baik dan yang buruk tidak dapat dikatakan sebagai sebuah ikhtiyar, pilihan tersebut adalah sebuah kezaliman. Menzalimi diri sendiri bukanlah benar-benar keinginan/fitrah manusia. Manusia secara alami (the nature of man) berusaha untuk mendapatkan manfaat balik untuk dirinya. Hanya manusia pekak yang akan memilih untuk menzalimi dirinya sendiri.

Zalim (zulm) merupakan tindakan yang tidak meletakkan sesuatu pada tempatnya. Mengambil yang buruk dan meninggalkan yang baik merupakan tindakan yang tidak mengindahkan bagaimana meletakkan sesuatu pada tempatnya. Tempatnya buruk adalah ditinggalkan dan tempatnya yang baik adalah dipegang.

Zalim adalah lawan sifat dari adil, maka tindakan dalam makna kebebasan juga berarti tindakan dalam rangka adil untuk dirinya sendiri. Dan setiap kebaikan yang dilakukan merupakan bagian dari agama (all virtues are religious). Maka kebebasan juga merupakan sebuah tindakan yang bersifat keagamaan.

Wallahua’lam

Reza Baizuri

Telaah buku, Prolegomena to The Metaphysics in Islam, Syed M. Naquib Al-Attas, KL: ISTAC, 2001.

Artikel menarik terkait: kebebasan

Minggu, 27 April 2008

SAJAK PARA SANG WALI?

Para Sang Wali [1]

Kira-kira apa yang tersembunyi
di bawah kaki meja kerja para sang wali?

adakah tumpukan bangkai tikus
yang ususnya sempat mencerna
lumbung pahala?

atau sobekan-sobekan tanda tangan,
kucuran nol-nol yang bersijingkrak
dari amplop ke tempurung tengkorak kepalanya?

Kira-kira berapa persen saraf hatinya
dibius proporsi jeritan para paria?

Nb: sajak ini untuk satu berita di kompas (24 April 2008)
yang menyatakan Ketua DPR tidak mengijinkan pihak KPK
memeriksa meja kerja Amin Nasution.
hahaha.
di kategori "Kabar Burung dari Luar Istana"-nya blalang
http://asharjunanda r.wordpress. com
Makin aneh saja Indo-tercelaka ini.
salam
blalang_kupukupu

CALL FOR PAPER

Buat temen-temen praktisi media dan akademik, ada undangan call for papers dari Departemen Ilmu Komunikasi, FISIP Unair Surabaya. Buat yang minat ikutan, bisa baca ketentuannya di bawah ini..
CALL FOR PAPERS

KONFERENSI TINGKAT NASIONAL KAJIAN MEDIA DAN ILMU KOMUNIKASI
Dalam rangka memperingati Dua Dasawarsa Departemen Ilmu Komunikasi FISIP – Univ. Airlangga Surabaya

“Transformasi Industri Media & Komunikasi di Indonesia”

Dengan ini kami mengundang kalangan akademisi dan praktisi bidang media dan ilmu komunikasi untuk berpartisipasi dalam acara Konferensi tersebut. Adapun tema besar yang kami tawarkan adalah: “Transformasi Industri Media & Komunikasi di Indonesia”. Dengan tema tersebut kami maksudkan sebagai upaya untuk mendapatkan gambaran tentang kontribusi kajian media dan ilmu komunikasi di era yang sarat akan perubahan ini. Selain itu, kami juga berharap bahwa ajang ini akan dapat bermanfaat sebagai sebuah wahana untuk mengupdate perkembangan terakhir kajian media dan ilmu komunikasi baik di level nasional maupun internasional.
Bagi peserta yang akan mengirimkan tulisannya untuk didiskusikan, kami menawarkan beberapa sub tema yang dapat dipilih. Tulisan yang terpilih untuk disampaikan dalam konferensi tersebut selanjutnya akan dikumpulkan untuk diterbitkan.

Sub-sub tema yang dapat dipilih adalah sbb:
1. Kajian Media (Media Studies)
Beberapa contoh topik yang bisa diajukan: media & masyarakat, media & cultural studies, media dan jender, media & multikulturalisme, media & globalisasi, industri media massa, media & politik, internet studies, film & television studies, dll
1. Komunikasi Organisasi dan Public Relations
Beberapa contoh topik yang bisa diajukan: manajemen krisis, humas dan negosiasi, humas dan lobbying, humas dan CSR, humas politik, budaya organisasi, diversity management, komunikasi & identitas organisasi, organizational discourse analysis, dll
1. Komunikasi Pemasaran & Periklanan
Beberapa contoh topik yang bisa diajukan: media planning, perilaku konsumen, Integrated Marketing Communication (IMC), political marketing, postmodern marketing, advertising & culture jam movement, international advertising, dll

Alternatif tema di atas pada dasarnya hanyalah kisi-kisi tematik yang masih cukup longgar untuk dikembangkan ke dalam kajian kasuistik dan teoritik yang lebih spesifik. Irisan dan perlintasan antar satu tema dengan tema yang lain, dengan demikian sangat dimungkinkan.

PESERTA KONFERENSI
Peserta konferensi terbagi atas:
1. Peserta Pemakalah
Adalah peserta yang menyajikan sebuah tulisan untuk didiskusikan dalam forum diskusi panel pada saat konferensi. Tata cara penulisan dan batas akhir pengiriman tulisan akan disampaikan di bagian lain dari informasi ini.
Kontribusi peserta aktif adalah Rp.300.000,- (sebagai ganti biaya makan siang, snack, seminar kit, sertifikat, dan Proceeding).
1. Peserta Non-Makalah
Adalah peserta yang tidak menyampaikan tulisan untuk didiskusikan namun hadir pada forum seminar maupun diskusi panel.
Kontribusi peserta pasif adalah Rp.200.000,- (sebagai ganti biaya makan siang, snack, sertifikat, dan seminar kit).
Konfirmasi keikutsertaan peserta konferensi, berikut pembayaran kontribusi selambat-lambatnya sudah harus diterima panitia pada tanggal 28 Mei 2008.







VENUE
Konferensi akan diselenggarakan pada:
Tanggal: Kamis, 26 Juni 2008
Tempat:
Gedung C, Lt. III
Kampus B, FISIP Univ. Airlangga
Jl. Airlangga 4-6
Surabaya
Waktu: pk. 07.30 – 17.00

KETENTUAN PENULISAN ARTIKEL & BATAS AKHIR PENERIMAAN TULISAN

Batas akhir pengiriman abstrak & CV Penulis: Jumat, 16 Mei 2008
Accepted Paper Notification: Kamis, 12 Juni 2008
Full paper submission: paling lambat pada 26 Juni 2008 pada saat konferensi

Tulisan dikirimkan kepada Dept. Ilmu Komunikasi FISIP Unair via e-mail ke: konferensi_komunika si20th@yahoo. co.id

Adapun ketentuan penulisan adalah sbb:
- Tulisan belum pernah dipublikasikan
- Tata cara penulisan menggunakan standard jurnal ilmiah.
- Tulisan bisa berupa hasil penelitian atau kajian teoritik.
- Jika tulisan adalah pembahasan tentang hasil penelitian, maka penelitian tersebut dilakukan dalam 4 tahun terakhir (2008 – 4)
- Font Times New Roman ukuran 12.
- Tulisan disertai abstrak 200 kata
- Panjang tulisan: 15 - 22 halaman, spasi ganda
- Peserta pemakalah diharap melampirkan pula CV terakhir.SEKRETARIA T PANITIA
Departemen Ilmu Komunikasi
FISIP Univ. Airlangga
Jl. Airlangga 4-6 Surabaya
Contact person:
Sdri. NR. Sari (telp:081 826 1762; e-mail: sarifeminim@ yahoo.com)
Sdri. Dina Septiani (telp:031-71760295; e-mail: dseptiani@hotmail. com

IRAN? fenomena barukah?



Supremasi Iran
Poros Setan atau Superpower Baru?
Ali M. Ansari

ISBN

: 978-979-2665-27-7

Terbit

: April 2008

Genre

: Non-Fiction

Halaman

: 308

Berat

: 500 gram

Ukuran

: 16 x 24 cm

Sampul

: SC Flap

Lini

: ZAHRA - Politik

Diskon : 20%
Harga : Rp 59,900.00 Rp 47,920.00


Deskripsi Buku_________________________________________

Republik Islam Iran kembali mengejutkan dunia. Tahun 1979 dunia dikejutkan oleh Revolusi Islam yang dipimpin Ayatullah Khomeini yang berhasil menggulingkan rezim Shah dukungan Amerika, kini Iran kembali membuat dunia terbelalak dengan kemajuan program nuklirnya dan keberanian sang presiden, Mahmoud Ahmadinejad.

Faktanya, Iran adalah satu-satunya negara Muslim yang berani menentang arogansi AS dan Israel. Pasukan Hezbollah dukungan Iran terbukti telah berhasil mengusir Israel dari Libanon pada tahun 2000 dan 2006. Iran pula yang terus mendukung Hamas di Palestina. Presiden Ahmadinejad pun menyatakan bahwa Israel harus dihapuskan dari peta dunia.

Tak pelak lagi, kini Iran ibarat David berhadapan dengan Goliath—AS. Iran menjadi target AS berikutnya setelah Afghanistan dan Irak. Infiltrasi dan embargo dilancarkan AS guna menghancurkan Iran dari dalam. Badan-badan dunia disetir untuk menekan Iran. Rezim-rezim Timur Tengah dukungan AS berkomplot untuk mengucilkan Iran. Bila eskalasi ketegangan ini berlanjut, dunia akan tergiring ke arah kehancuran massal yang jauh lebih dahsyat ketimbang akibat Perang Dunia II.

Buku ini secara gamblang dan apa adanya memaparkan sepak terjang Iran dan para seterunya. Menghadirkan analisis tajam dan dalam mengenai “perang dingin” antara Iran dan AS yang setiap saat bisa berubah menjadi perang terbuka!

Pujian-pujian_________________________________________

Kontribusi yang paling tepat waktu dan paling layak baca bagi perdebatan atas kebijakan terhadap Iran. Ali Ansari menyuguhkan konteks historis yang penting, menjelaskan luka lama akibat penggulingan Mosaddeq pada 1953 dan revolusi 1979... Sarat tragedi dan saling salah pengertian.
—Sir Lawrence Freedman, profesor kajian perang di King’s College London

Bagi siapa saja yang ingin memahami motivasi Iran dan kebijakan luar negeri AS di kawasan tersebut, buku Ali Ansari ini adalah buku pertama yang harus dibaca.
—Gary Sick, Columbia University

Di tengah ancaman peperangan... buku ini wajib dibaca oleh siapa saja yang tertarik dengan apa yang bakal terjadi di Timur Tengah.
—Profesor Richard W. Bulliet, Columbia University

Sabtu, 19 April 2008

Indahnya Masa Muda



binun mode : on

latihan / reuni / demo / proposal / tulisan

masa muda memang indah, banyak pilihan menghampar di depan wajah.

Keindahannya bukan hanya pada pilihan jangan salah pilih,
tapi seni memilih mana pilihan yang mesti dipilih lebih dulu dan mana pilihan yang memerlukan kesiapan dengan menjalani pilihan lain terlebih dulu.

Karena apa yang dipilih hari ini dan urutan pilihan yang diambil bisa jadi sangat berpengaruh pada kelanjutan pilihan2 ke depan.

Dan yang paling manis dari masa muda adalah orang muda dapat melakukan banyak aktivitas sekaligus.

Salam Yakusa!
yakin - usaha - sampai

cemberut mode : on

Jumat, 18 April 2008

Should 'Fitna' lead to violence?

Should 'Fitna' lead to violence?

Berly Martawardaya , Jakarta | Sat, 04/05/2008 12:42 AM | Opinion

The recent release of the movie Fitna, by Geert Wilders, is one circumstance that needs to be assessed thoughtfully with a cool head before responding. At first it seems to strengthen the notion of just another Western attack and attitude of arrogance toward Islam. After all, Geert Wilders is a legislator in the Dutch Parliament and even a leader of a political party.

Should this act be viewed as the Dutch government's conscious move to denigrate Islam?

That is an appealing and easy argument to make. But to do that would be a gross misrepresentation of the truth. In short, a fitna.

The Party for Freedom (Partij voor de Vrijheid, PVV) that Wilders leads is currently in the opposition and not inside the Dutch government. Wilder was in the mainstream center right People's Party for Freedom and Democracy (VVD) until he rejected VVD support for Turkey's possible entrance to the European Union in 2004. PVV took a more rightist attitude, especially toward immigration and culture. Its platform stated that Judeo-Christian and humanist tradition should be treated as the dominant culture in the Netherlands and immigrants should adapt accordingly.

Jan Peter Balkenende, the current prime minister, has clearly stated his discontent. In his own words,"The film equates Islam with violence. We reject this interpretation. The vast majority of Muslims reject extremism and violence. In fact, the victims are often also Muslims.... We therefore regret that Wilders has released this film. We believe it serves no purpose other than to cause offense". The Associated Press (AP) reported thousands of people joining protests against the movie at Dam Square, the Amsterdam version of the Hotel Indonesia roundabout, a few days ago.

But Muslims all over the world are asking why the Dutch government has not banned the release of the movie.

The Netherlands is a country that is very proud of its free-thinking attitude. "Live and let live" is their motto. Freedom of speech is deeply upheld and enshrined in the legal foundation of the country.

These days, no prime minister of any government can stop anyone from posting a video online. Dutch television stations refused to show the film without editing and Wilders said he preferred then to have the film in full on the Internet rather than in half on television. And that is what he did.

Indonesian Muslims could react angrily over the release of the film. We could replay a clip over and over again in the media. We could hold a public rally to burn Wilder's effigy while chanting how the West has done it again. Maybe even get baited for an emotional release valve here and there.

We could do that.

But if we do that, we will be extending the vicious cycle of violence and stereotyping. Wilders and his supporters could point to our actions as a verification of their propaganda that the Muslims are indeed prone to hostility.

We could look deeper to understand that as the leader of a small fringe party, Wilders needs to be seen as expressing the silent grumble of the people. Hard-right politicians in Europe such as Jean Marie Le Pen in France, Pim Fortuyn in the Netherlands and Jvrg Haider in Austria have trod this road before to garner electoral votes. Especially since the Dutch society is feeling jittery on economy and crime.

The force of globalization have led to the loss of two prize Dutch economic possessions, KLM airline and ABN-Amro Bank. The country's generous welfare scheme was cut and its industrial relations are significantly strained. The murder of Theo Van Gogh, a movie director who produced an offensive movie about Islam, by a Muslim immigrant in 2004, instigated the Dutch society to be cautious with anything related to Islam. A blanket notion of scapegoat would be convenient for a politician facing upcoming election.

Muslims have rightfully complained that the West often lump us into one category due to action of unrepresentative, and hard-line, agents. This time we need to apply it to ourselves and refrain from repeating the mistakes. I was in Amsterdam after the Van Gogh murder and there was a massive public protest in Dam Square by people of many nationalities and religions. They did not share Van Gogh's views but were disgusted with the violence that fell upon him.

Maybe this time we should take cues from the Prophet Muhammad himself. After an unsuccessful visit and hostile reception by the people of Thaif, he sat down and prayed, "Oh, Dear Almighty, please forgive them since they do not understand".

The writer holds a master's degree from Free University of Amsterdam. He is a lecturer at the School of Economics at the University of Indonesia (FEUI) and an active member of the Youth Islamic Study Club (YISC) Al-Azhar. He can be reached at b.martawardaya@ui.edu.
[dikutip dari milist hmifeui@yahoogroups.com]

Sabtu, 12 April 2008

HMI FIB UI MENGUNDANG

Assalamu'alaikum

Jaringan Islam Kampus dan Himpunan Mahasiswa Islam FIB UI mengundang anggota
milis sekalian untuk hadir pada acara Kuliah Umum dan Diskusi Publik "Membincang
Polemik Kebebasan Beragama di Indonesia" pada,
Hari/Tanggal : Selasa, 15 April 2008
Waktu : Pukul 09.00 s.d. 13.00 WIB
Tempat : Auditorium Pusat Studi Jepang (PSJ), Universitas Indonesia
Depok
Pembicara : Sesi I: Kuliah Umum
F. Magnis Suseno (Guru Besar STF Driyarkara)
Kautsar Azhari Noer (Guru Besar UIN Jakarta)
Zafrullah Pontoh (Jemaat Ahmadiyah Indonesia)

Sesi II: DIskusi Publik
Ismail Yusanto (Hizbut Tahrir Indonesia)
Abd. Moqsith Ghazali (Jaringan Islam Liberal)
Melani Budianta (Guru Besar Universitas Indonesia)
Asfinawati (LBH Jakarta)

Besar harapan kami, Anda sekalian bersedia menghadiri acara tersebut. Terima
kasih. Salam damai selalu.

Wassalam.


Jaringan Islam Kampus (JarIK)


Contact Person:
0818-0644-6625 (Yusep)
0852-3374-3513 (Fauzan)


Supported by:
Jemaat Ahmadiyah Indonesia, Repro, P3M, LSAF, dan LBH Jakarta


Jaringan Islam Kampus se-Indonesia (Jarik Indonesia) adalah komunitas epistem
madani yang bertujuan membangun tatanan sosio-politik di Indonesia yang
menghargai serta menjamin kebebasan dan otonomi individu melalui diskursus
sekularisme, liberalisme dan pluralisme.

Kamis, 10 April 2008


VISI HMI FEUI 2008

“menjadi organisasi pencetak kader-kader elit kampus dan bangsa yang berwawasan keilmuwan, berjiwa kepemimpinan dengan basis keislaman sebagai pondasi langkah gerak”

MISI HMI FEUI 2008

1. Merancang, melakukan, dan mengevaluasi desain pengkaderan formal dalam hal ini maperca, LK I, dan kurikulum follow up (Research Based).

2. Merancang, melakukan dan mengevaluasi desain pengkaderan informal dalam hal ini pembentukan lembaga internal kampus peminatan ekonomi (LEMI), dan kelompok belajar dan tentir perkuliahan (study club).

3. Melakukan tes awal, dan evaluasi yang berkala terhadap kader sebagai obyek perkaderan untuk alat ukur keberhasilan kaderisasi.

4. Melakukan konsultasi dengan rutin kepada penasihat HMI (SC) dan KAHMI.

5. Berupaya untuk mendapatkan pendanaan mandiri.

6. Melakukan kerjasama dengan kader-kader HMI di seluruh nusantara baik secara struktural maupun secara individual.

7. Peningkatan soliditas dan internalisasi ke-HMI-an seluruh pengurus HmI komisariat FE UI.